..SoLiTaiRe..
Tuesday, February 6, 2018
Kapan Update Blog?
Sunday, February 1, 2009
Dewasa, Harapan, dan Kenyataan
Tuesday, December 16, 2008
Hidup Baru :)
Dan akhirnya..setelah sekian lama blog ini tidak di-update, sekarang tibalah saat yang berbahagia (n_n) saya kembali berselancar di dunia maya ini. Cerita kali ini akan diawali dengan kabar-kabari dari saya ^^
Alhamdulillah setelah melewati perjuangan yang cukup panjang..selesai juga tugas saya sebagai mahasiswa S1. Sekitar empat bulan yang lalu saya mengikuti prosesi wisuda sarjana. Walaupun sebenarnya rasa lega itu sudah memenuhi rongga dada saat dosen penguji mengucapkan selamat pasca sidang. Tapi yaa, bagi kebanyakan orang kan upacara wisuda-lah akhir dari perjuangan kuliah :) Akhir dari kuliah…tapi awal untuk perjuangan baru. Episode seperti apa yang akan saya lalui setelahnya?
Selepas masa perkuliahan, saya sempat mengalami disorientasi. Bingung menentukan langkah selanjutnya. Berbagai rencana yang pernah disusun mendadak menjadi satu hal yang tidak menarik, tidak realistis, bahkan terkesan egois. Saya sendiri kaget dengan apa yang saya alami. Belum lagi dua bulan setelah itu saya kembali ke kampung halaman (rencana untuk ‘tinggal dulu’ di Bandung ternyata ditentang habis oleh keluarga besar =D). Akhirnya kembali menjadi ‘anak rumahan’ setelah sembilan tahun pergi. Yah, walaupun semasa SMU dan kuliah saya sering pulang, tapi biasanya itu dalam rangka liburan dan tentu saja tidak lama.
Campur aduk perasaan saya ketika harus pulang dan meninggalkan kehidupan di Bandung yang telah cukup lama saya akrabi. Saya sadar bahwa saya harus segera menyesuaikan diri terhadap ini semua. Bukankah saya begitu mencintai kampung halaman saya ini? Saya pun pernah berjanji untuk kembali pulang padanya. Mungkin inilah saatnya.
Tapi ternyata, walaupun saya mencoba untuk menikmatinya, proses penyesuaian diri ini sempat membuat saya stres. Banyak hal yang dulunya biasa saja, tiba-tiba menjadi masalah =D Lucu memang..karena saya juga mengalami cultureshock, di kampung halaman saya sendiri. Sampai akhirnya seseorang yang sangat saya hormati (ayah relawan Gunungkidul-red) mengingatkan saya, “shock ya dengan kampung sendiri? Jangan2 orang kampung juga shock lihat Liza :)” Jleb banget rasanya, hehe. Saya jadi sadar bahwa bukan saya sendiri yang ‘belum nyaman’ dengan perubahan-perubahan ini. Nuhun ya, pak.
Yah, setelah itulah saya mencoba untuk lebih bertoleransi atas apa saja yang tidak sesuai dengan diri saya, karena bukankah orang lain juga bertoleransi atas kehadiran saya, yang secara langsung maupun tidak langsung juga memberikan perubahan dalam kehidupan mereka?
Suatu situasi memang akan lebih menenangkan ketika kita mampu memahami dan menerimanya. Itulah yang saya coba lakukan. Menerima perubahan dan melakukan penyesuaian terhadapnya memang tidak mudah, tapi mau tidak mau harus dijalani. Jadi, ya tentu saja harus berdamai dengan diri sendiri dan situasi.
Salah satu ciri seseorang yang sehat mental adalah reality testing-nya baik (mampu menerima kenyataan) dan mampu menyesuaikan diri. Saya sadar, mental saya sempat ‘terguncang’. Terbukti kemarin saya sempat psikosomatis, karena cukup aneh dengan kondisi saya yang tercukupi gizi dan istirahat =D tetapi malah kemudian sering sakit. Kata ayah saya, saya sedang slow down, yang biasanya berkecepatan 100 km/jam menjadi 40 km/jam (seorang sahabat malah sempat berseloroh, “20 km/jam kali” :D). Meskipun situasinya berbeda, beliau sepertinya sedang menurunkan ilmu “cara menghadapi masa pensiun” (yang telah dilewatinya) pada saya.
Alhamdulillah saya (dibantu dengan beberapa sahabat) mecoba ‘mengobati’ diri saya, dan mengajaknya kembali bercengkerama dengan berbagai aktivitas. Walaupun saat ini badan sulit bergerak dengan lincah, tapi setidaknya saya tidak ingin kepala saya diam saja :) Saya ingin terus belajar untuk bisa menerima, menikmati hidup, dan mengamalkan apa-apa yang telah saya dapatkan.
Mohon doanya kawan...semoga diri ini bisa selalu bermanfaat :)
Salam,
Liza :)
NB: Kampung halaman saya ini, terutama kota kecil nan tenang tempat saya tinggal, banyak dikagumi oleh teman-teman luar daerah yang berkunjung. Kota yang bersahabat dan memiliki banyak harta karun. Kapan-kapan berkunjunglah, kawan..
Monday, June 23, 2008
Negeri Pelangi (2): Hidup itu Perjuangan
**********
“Neng..telpon ke yayasan, neng!!”, ibu itu setengah berteriak menjawab pertanyaan saya.
“Oo, emang ada acara apa bu, di yayasan?”
“Bukan, neng!! Anak-anak ditangkep!! Telpon ke yayasan, neng!!”, ibu itu tambah panik.
“Ha?”
Saya kaget, tapi setelah itu segera saya hubungi seorang pekerja sosial di yayasan RPA itu dan memintanya bicara langsung dengan pihak yayasan. Di sebelah ibu itu yang berbicara dengan suara bergetar, saya terdiam.
Rabb...apa yang ingin Kau tunjukkan siang ini? Saya menarik nafas panjang.
Setelah melapor, saya dan ibu itu menunggu pihak yayasan, yang katanya mau mampir ke perempatan ini sebelum ke Polsek. Ibu itu bercerita bahwa ketika beliau sedang Sholat Dzuhur ternyata di perempatan jalan itu ada razia dari Polsek. Anak-anak yang memang sedang bekerja di jalan itu pun ditangkap petugas termasuk para ibu yang sebagian besar berada di pinggir jalan. Ibu itu diberitahu dua orang anak yang berhasil melarikan diri.
”Berapaan neng, harganya? Mahal ya?”
Air yang menggenang di pinggir jalan sudah naik hingga trotoar, saya pun harus merelakan kaus kaki putih saya menghitam dan basah hingga setengah rok saya. Dua orang pekerja sosial dari yayasan datang dan berbincang sebentar sebelum mereka pergi menuju Polsek Bandung Barat untuk mengurus anak-anak yang ditangkap.
**********
Saya dan dua teman saya mampir sebentar ke rumah belajar, yang letaknya tidak begitu jauh dari perempatan, sekalian menunjukkan jalan ke mereka supaya besok-besok ga nyasar lagi. Hehehe.. setelah masuk ke gang tempat rumah belajar itu, seorang teman saya lebih banyak diam.
“Iya, ternyata beda banget dari bayanganku sebelumnya ya.....bla, bla, bla”, teman saya itu menjawab.
Saya dan teman saya yang lain nyengir, dan berkomentar,
“Berat ya?”, “Aku ga paham”,
**********
Menjelang ashar, saya dan teman-teman saya memutuskan untuk pulang. Kami pun berpisah, saya berbeda arah dengan mereka. Di perjalanan pulang, saya mendapat kabar bahwa anak-anak yang ditangkap itu tidak bisa pulang hari ini, mereka ditahan sampai keesokan harinya. Itu pun berhasil setelah yayasan meminta bantuan KPAID.
Sunday, June 22, 2008
Anugerah Terindah...
Hari sudah semakin malam. Seharusnya saya sudah mulai mengerjakan skripsi karena tadi seharian listrik mati, ada pemadaman listrik bergiliran. Tapi saya belum bisa mencurahkan seluruh pikiran saya ke sana, hmm…mungkin karena perasaan saya sedang ‘penuh’. Banyak kejadian emosional dari kemarin, sampai tadi sore sewaktu orang tua saya menelepon.
Kangen.
Ya, saya kangen rumah. Sudah lama saya tidak pulang, ini rekor kedua saya setelah tahun kemarin. Memang tidak sebanding dengan teman-teman saya yang rumahnya lebih jauh, yang biasanya ngomel-ngomel kalau saya cerita ini. Hehe.. soalnya dalam tahun ini saya sudah dua kali pulang dan teman-teman saya terakhir kali pulang waktu lebaran tahun kemarin.
Walaupun belum sampai empat bulan saya tidak pulang, sudah banyak momen penting yang terlalui, tanpa saya...
- Kelahiran Syifa, anak pertama dari Akhi, kakak saya yang ketiga. Beberapa hari menjelang kelahirannya, sama seperti kakak2 saya yang lain, kakak saya yang satu ini juga ‘merepotkan’ saya dengan meminta banyak pilihan nama untuk anaknya. :) Akhi juga meminta izin memakai nama Syifa (ini nama panggilan kesayangan saya dari Sidi, kakek saya). Hmm..tentu saja saya tidak keberatan, dan berarti bolehlah saya berpikir bahwa betapa ia mencintai adiknya yang keren ini. Hehehe...
- Ulang tahun mama. Saya ingat waktu itu saya lagi gencar-gencarnya berhemat karena (ternyata) skripsi itu ‘mahal’ ya. Tapi saya ingin mengobrol dengan mama dan mengucapkan ‘happy bday’ langsung. Jadi, saya coba me-misscall mama yang kemudian tentu saja ditelepon balik ;) “Kenapa, nak?” “Selamat ulang tahun ya, ma..” bla..bla..bla....dan seterusnya “Tadi kenapa telp-nya putus waktu diangkat?” (hehehe, saya nyengir sendiri) “iya, ma..Lz pingin nelpon, mau ngucapin selamat ulang tahun, tapi karena lagi irit pulsa jadi misscall aja, jadinya kan mama yang nelpon” (dan akhirnya mama tertawa panjang, hehe..maafkan anakmu ya ma). Momen ini berakhir dengan terisinya pulsa hp saya beberapa waktu kemudian. Ah, mama...jadi malu :)
- Adik saya, Nanda, lulus. Sebulan sebelumnya, dia menelepon saya..lagi-lagi menanyakan skripsi, dan “Duliku, kapan lulus?” he..cape deh. Ternyata di malam itu, dia baru saja membuat kejutan manis untuk keluarga, orang-orang tersayang. Memberi kado ulang tahun ayahnya dengan paket berisi skripsi, padahal tidak ada satu orang pun yang percaya dan pernah melihatnya berurusan dengan perskripsian. (tapi Duli percaya kok, Nda :))
Dia adik sepupu saya, kami hanya berjarak lima bulan Tapi dia mampu membuat saya merasa punya adik laki-laki yang dari kecil saya inginkan. Saya sering sekali lupa kalau dia satu angkatan dengan saya. Ternyata dia sudah besar ya :) hehe, berasa udah tua banget jadinya. - Diva, keponakan saya dari Paduka, kakak saya yang kedua, katanya sudah bisa merangkak. Mama pernah menelepon sewaktu menginap di rumah Paduka karena Diva sakit. “Ga apa-apa kok, demam biasa aja, kayaknya karena mau merangkak” jelas mama waktu itu. Hmm...Bayi itu pertumbuhannya memang cepat ya.
- Fazli, keponakan saya yang pertama (anak Tuan, kakak saya yang pertama) kemarin cerita kalau ia menang lomba. “Ibu, Anjeng menang lomba” (Nama adatnya Fazli itu Kanjeng Tuan Migo, hehe ribet ya? :p) “Wah, hebat...lomba apa, Njeng?” “Lomba masukin pensil dalem botol” (ia menjawab dengan bangga).
Lalu... “Unan juga” (ini suara adiknya Fazli, ga mau kalah rupanya) “Unan lomba juga?” “Unan cekolah” (hehe, ga nyambung ternyata)
Pembicaraan dengan dua balita ini biasanya berakhir dengan..”ibu, kapan pulang? bawain loti ya!!” (loti = roti) “Roti apa?” “Loti bonis” (bonis = Brownies). - “Nak, ikan peliharaan papi nambah. Sekarang jadi banyak ikan patin loh..” hehe, ini berita dari ayah saya. Ga jauh-jauh dari hobinya, yang sekarang dibisniskannya. Atau “Papi ditawarin masuk partai nih.. mending partai X atau Y?” “hmm, partai A aja, pi..kan keren, bagus banget, InsyaAllah baik” hehe..dan ternyata jawabannya adalah .. “ngga ah, partai A kan teroris. Kayak kamu, sering neror papi...ngerayu minta macem2”
m(_ _)m
(salah ngambil contoh, nih.. :p) - “Kamu lagi ngapain?”, “udah ga usah ngoyo”, “istirahat ya”, “udah makan belum?”, “kamu ini ngapain sih di jalan terus?”, “nginep di bandung lagi? ga bagus ah keluyuran terus”, de el el. Ini kalimat rutin mama selama saya mengerjakan skripsi, sampai-sampai Febi, teman saya, juga ikut diceramahin. Hehe... ma, skripsi Liza kan tentang anak jalanan, jadi ya wajar lah nongkrong di jalan mulu :)
- Waktu itu saya lagi mengikuti pelatihan di RSHS. Tuan menelepon, berkali-kali tapi sepertinya akan repot kalau saya angkat. Akhirnya saya sms kalau sedang ga bisa angkat telp. “knp?”, “gpp, kangen aja” (yaah, kirain apa. Baru juga kemarin nelp).
Malamnya kakak saya menelepon lagi, ternyata beliau sudah di Palembang. Kami membahas banyak hal dari pernikahan seorang adik sepupu kami sampai topik lainnya “....dulu kan tuan ama teman-teman yang berjuang untuk reformasi. Jadi sekarang kalian dong yang meneruskan”. Haaah, dasar mantan aktivis! Dampak dua tahun jadi ketua senat mahasiswa ternyata masih sangat berpengaruh. Bagus lah, pertahankan idealisme itu bro!! - “Dek..kapan pulang? Ada games terbaru loh, ---- (saya lupa apa namanya). Cariin ya di Bandung, di sini mahal nih”. Ini Akhi yang menelepon. “Hah? Akhi...kirain mau nitip beliin mainan atau apa gitu buat Syifa, ternyata....ck..ck...(sok tua neh)”, “ga mau? Awas ya kalau nanti pinjem” (ya jangan gitu juga sih...hehe)
- "Dek, paduka ama papi lagi di Palembang nih. Ada tuan juga”, Waah, berita yang menyenangkan untuk saya, hehe. “Asiiik...kirimin empek-empek ya, kemplang juga! Lewat tiki bisa, atau kirim aja via bis nanti Liza yang ambil”, “aah kamu ini. Selalu aja minta kirimin macem-macem, nyesel deh gw cerita”. Huehehe...
- “Duli...kita lagi di kampung nih, mau pesta kambing guling di ladang. Kasian deh ga ikut” Ini celotehan sepupu2 saya yang memang sengaja membuat saya keki. Tapi ga mupeng kok.. :p
- “Nak, besok kita mau ziarah ke kuburannya Sidi (kakek saya) loh” Berita dari mama ini membuat saya terdiam cukup lama, mencoba menghitung dalam hati...ya, berarti sudah empat tahun Sidi pergi. Hmm, kangen sidi...my beloved hero
- Dan masih banyak lagi cerita yang mereka kirimkan, tentang momen-momen tanpa kehadiran saya, agar saya tak melewatkannya. Tiap cerita itu membuat saya merangkainya menjadi bayangan yang indah, menjadikannya nyata dalam pikir, dan merasakan bahwa saya sedang ada bersama mereka.
(tapi tetep aja kangen...)
Keluarga saya bukanlah keluarga yang romantis abis, tapi insyaAllah cinta tidak akan ada habis-habisnya. Selalu ada perhatian dan cinta yang ditunjukkan dengan cara masing-masing. Walaupun sewaktu kecil saya sering sekali protes karena beberapa perlakuan orang tua saya yang berbeda untuk kakak-kakak saya dan saya, seiring berjalannya waktu tak hentinya saya syukuri. Mereka selalu mendukung apa yang saya pilih, “terserah Liza aja, Liza yang lebih tau apa yang terbaik”, saya hanya perlu memberikan alasan yang kuat untuk pilihan itu, menjalankan pilihan itu dengan sebaik mungkin, dan menerima segala konsekuensinya. Sebuah pelajaran yang tak ternilai harganya...
Rabb, terima kasih atas anugerah yang indah ini. Berikanlah hidayah dan ridho-Mu, kekalkanlah kasih sayang di antara kami dan pertemukanlah kami kembali di jannah-Mu kelak.
Teruntuk keluarga tercinta..
Pap, Mam,
Tuan, Paduka, Akhi,
Kanjeng, Mahkota, Suhunan,
Fazli, Mara, Diva, Syifa,
Seluruh Mega-ers dan Muin-ers..
InsyaAllah..akan kubawakan pelangi itu untuk kalian
Luv u all
:)
Negeri Pelangi (1): Antara Jalanan dan Kehidupan
Bawa dendangkan lagu...
Tergantung hidup di jalan...
Pada kuliah semester dua, saya sering pulang malam hari karena harus mengikuti les di Bandung. Karena bus Damri hanya ada sampai pukul enam, jadi saya harus pulang dengan menggunakan angkot. St.Hall – Gedebage, Cicadas – Cibiru, Cibiru (Cicaheum) – Cileunyi, Cileunyi – Jatinangor (Bener ga ya rute angkotnya?). Di Cileunyi, biasanya ada satu orang anak yang mengamen di sana dengan lagu favoritnya...
kepalkan tangan lawan teriknya
Mengapa harus takut pada malam hari,
nyalakan lilin sebagai penerangnya.....”
Mari Berkata-kata (Lagi)
Seminarnya cukup panjang, membahas banyak hal, terkadang jadi sedikit keluar konteks. Tapi ada hal yang masih terekam jelas di kepala saya, yaitu pertanyaan seorang dosen saya tentang definisi membaca dan berbahasa. Sejenak pikiran saya sempat keluar dari ruangan itu, menjelajah sendiri. :)
Saya teringat dengan pembicaraan dengan seorang sahabat saya, tentang dunia tanpa kata. Kami mendiskusikan hal ini karena ternyata kami sering berbicara tanpa kata-kata, hanya dengan isyarat, tatapan mata, atau bahkan tanpa melakukan perilaku overt apa pun. Kami menyebutnya bahasa kalbu. Hehe...
Lalu, apa jadinya dunia ketika tidak lagi ada kata-kata di dalamnya?
Kata memang diperlukan untuk menyampaikan maksud kita kepada orang lain. Tetapi kalau ternyata maksud itu sudah tersampaikan pada orang lain, berarti kata-kata tidak lagi diperlukan dong? Hmm..mungkin ada yang tidak setuju dan mengatakan bahwa dalam komunikasi diperlukan suatu feedback. Ok..tapi kalau feedback juga bisa diberikan tanpa kata-kata, berarti urusan juga sudah selesai bukan? :)
Ya, memang cukup riskan. Oleh karena itu, perlu ada bumbu tambahannya, yang tanpa bumbu ini bahasa kalbu sulit dilakukan. Bumbunya adalah ta’liful qulb (keterikatan hati), yang artinya juga dibutuhkan adanya rasa saling memahami.
Dengan bahasa kalbu ini, jikalau ada kata-kata yang dikeluarkan insyaAllah akan lebih mudah dipahami. Contohnya, saya baru menyadari ternyata saya cukup sering menamakan sesuatu dengan bahasa saya sendiri. :) Sebagian teman yang memang dekat dengan saya, biasanya sudah terbiasa dan mengerti apa maksud saya, namun bagi yang keterikatannya belum begitu kuat biasanya akan mengernyitkan dahi dan memasang tampang serius. Hehe...Tapi ini bukan berarti saya hidup di dunia lain loh.
Ada beberapa orang sahabat saya yang juga sering mengeluarkan kata-kata ’aneh’, yang pada akhirnya pun kami terbiasa dengan kata-kata yang kami ciptakan.
Saya sempat berpikir, apa saya tidak nasionalis ya? Kan sudah ada bahasa persatuan. Kalau semua punya bahasa sendiri nanti maknanya akan berbeda-beda jadinya. Tapi saya bukannya mau mengaburkan makna sebenarnya dari kata-kata itu. Saya hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya ketika kita berada dalam situasi yang sama dan sedang merasakan hal yang sama, kita akan sangat mudah memahami apa yang dikatakan seseorang.
Tapi ya..terlepas dari semua itu, untuk urusan tulis-menulis tentu sulit jika tidak ada kata-kata karena justru itulah senjata utamanya. Kalau tidak ada kata, lalu apa yang kita tulis? Hehe.. Satu hal yang saya pelajari adalah ternyata kata-kata itu lebih sulit digunakan untuk menulis daripada untuk berbicara. Ah, rasanya berat sekali untuk bisa melahirkan untaian kata-kata, butuh usaha yang tidak mudah. Tapi biasanya karena perjuangan inilah, rasanya nikmat sekali jika telah selesai menulis (Hmm..tapi akan berat lagi ketika akan mulai menulis lagi =D). Mungkin itu maksud dari ”menulis itu berarti mati dan hidup berulang kali”, ya? Saya lupa baca kalimat ini di mana..
********************
Tiba-tiba saya bingung mau berkata-kata apa lagi karena ternyata kata-kata saya di atas jadi panjang ya... =D
Sebenarnya file tulisan ini sudah ada sejak beberapa bulan yang lalu, tapi baru beberapa kalimat. Setelah itu, saya menjadi 'malas’ menulis. Saya kembali tergelitik untuk meneruskannya karena ada yang ’megingatkan’ saya untuk menulis bukan hanya berpikir untuk menulis, hehe...hatur nuhun ya.
Semoga tiap kata yang kita keluarkan bermanfaat ya, atau paling tidak jangan sampai merugikan atau menyakiti orang lain.