Sunday, February 17, 2008

Guru Tersayang

Juli 2007. Akhirnya selesai juga saya membaca Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata!! Senangnya, soalnya sudah lama mulainya tapi ga beres2 juga. Hehe.. Tampaknya minat saya pada dunia baca-membaca & tulis-menulis lagi terpasung nih (terpasung rasa malas! Hehe..)

Sekarang pun, saya bingung mau mulai nulis dari mana, sepertinya terlalu banyak yang pingin saya ceritakan. Secara saya sudah lama ga pernah nulis. Baiklah, saya akan awali dengan childhood memories, pendidikan, dan setumpuk rasa terima kasih untuk seluruh guru saya..

Bagian awal Laskar Pelangi, saya sudah terharu. Membuat mata saya berkaca. Subhanallah.. saya acungkan seluruh jempol yang ada untuk guru-guru seperti Bu Muslimah & Pak Harfan. Sungguh, merekalah guru yang mampu melahirkan pendidikan dari hati mereka. Guru yang selalu membantu murid-muridnya menyalakan harapan.

Teringat saya pada ibunda tersayang. Dulu sewaktu beliau belum menjadi kepala SD, beliau adalah guru matematika merangkap wali kelas di sebuah SD Negeri di kampung. SD yang cukup minim fasilitas. Bahkan untuk menuju SD itu, ibu saya harus menyeberangi sungai dengan meniti 2 buah bambu yang disejajarkan. Kalau musim hujan dan airnya menderas, beliau harus berjalan memutar melewati jalan raya.

Beliau mengajar di sana sejak pertama kali kami pindah dari sebuah desa bernama Purbolinggo (tempat kelahiran saya & 2 kakak saya) sekitar tahun 1980-an akhir. Saat itu, saya masih kecil (ya iya lah..). Saya sering sekali ikut mengantar beliau pergi mengajar. Juga saat SD itu mengadakan kegiatan, saya hampir selalu ikut serta. Sebenarnya saya ingin bersekolah di sana. Tapi, ibu saya tidak mendaftarkan saya di sana melainkan ke sebuah SD yang cukup favorit di kota kecil tempat kami tinggal. Tapi, tetap saja saya sering sekali ikut serta dalam kegiatan SD itu.

Sampai akhirnya saya duduk di kelas 4, tingkat di mana ibu saya mulai mengajar matematika. Beliau mengadakan les matematika gratis di rumah dan menjadikan saya sebagai salah seorang muridnya. Hmm... atau mungkin sebagai ”asisten” beliau. Jujur, les dengan ibu saya kurang menantang bagi saya karena saat itu saya hampir selalu bisa menjawab pertanyaan dan soal yang diberikan. Bahkan ketika teman-teman saya (murid-murid ibu saya) tidak bisa menjawab, mereka menoleh ke arah saya dan akhirnya kami mengerjakan bersama. Saya juga sering membantu ibu saya memeriksa hasil ujian mereka.

O ya, ibu saya itu dulu adalah guru yang galak. Hehe.. bahkan sampai sekarang, kalau saya dan kakak saya bertemu dengan teman-teman yang dulunya adalah murid beliau, sering mereka bertanya, ”Nyokap lu masih galak ga?” Pertanyaan yang membuat kami selalu tertawa jika mendengarnya. Ibu saya dulu memang guru yang galak, tapi juga yang paling disayang. Buktinya, murid-muridnya selalu memenuhi rumah kami jika waktu les tiba dan juga berkunjung saat lebaran. Bahkan, anak gurunya pun sering diajak main (saya maksudnya, hehe) ^_^

Saya turut menyaksikan saat ibu saya dan murid-muridnya merenda mimpi dan bersama mewujudkannya. Bukankah suatu kebahagiaan yang tak ternilai ketika seorang guru melihat kesuksesan muridnya? Beliau..yang tak pernah lelah mengajari, membimbing, dan menyemangati...

Kini, beliau dipercaya menjadi kepala SD (di SD yang berbeda) lebih dari sekitar tujuh tahun lalu. Usahanya pun tak kalah keras, menjadikan sekolahnya berprestasi, agar makin maju. Tapi sepertinya, beliau tak lagi galak seperti dulu ^_^ Yang kembali membuat saya terharu adalah betapa beliau selalu dicintai. Pernah ketika saya mengantar ibu saya, beberapa muridnya berebutan membukakan gerbang untuk beliau. (Ma, u’r so special..)

Guru, tak hanya membuka mata seseorang untuk melihat dunia tetapi juga membuka hati dan menyalakan harapan di dalamnya. Ilmu yang tak akan pernah habis, bahkan salah satu amal jariyah (yang akan terus mengalir pahalanya walaupun telah meninggal) adalah ilmu yang bermanfaat.

Alhamdulillah.. Allah memberikan anugerah-Nya melalui tangan guru-guru tersayang, yang membantu saya untuk membuka jendela dunia agar cahaya ilmu-Nya selalu menyinari. Terima kasih guru-guruku tersayang, untuk semuanya..


Dear guru-guru di TK Pertiwi (Ibu Tatik, benar kah? Maafkan anakmu yang ternyata sudah lupa bahkan dengan namamu..), SD Pertiwi Teladan (Pak Udin, Wak Nurlela, Pak Susilo, Bu Wardah dan semuanya..), SLTPN 1 (Pak Koes tersayang, Bu Rochima, Bu Resti, Ibu Nurliyati, Bu Erlina, Bu Fat, Bu Pariaman, dan seluruh guru yang insyaAllah selalu saya cinta hingga kini), SMUN 2 (Bu Yuli, Bu Usa, Pak Herman, Bu Astini (Binda-ku sayang, semoga sehat selalu), dan semuanya yang telah mengiringi masa terindah itu), HI Unpad (Pak Reza, kajur-ku (benar kah namanya? Hiks.. kenapa sudah lupa ya?), Pak Wawan & Pak Dadan (yang telah memberikan tes lisan yang “mematikan” itu), dosen Sistem Hukum Indonesia (duh, saya ngaku2 bahwa beliau dosen favorit saya, tapi saya malah lupa namanya) dan semua dosen yang seringkali membuat saya mengernyitkan dahi dan berpikir keras ^_^ Thanks a bunch!), Psiko Unpad (Bu Rintana (hatur nuhun untuk oleh2nya, bu..), Bu SRA (Ibu...kangen bimbingan ^_^), Mbak Ninin, Mbak Titis, Mas Hary, dan semua dosen yang membantu “mengobati” diri saya di sini. Hehe.. Alhamdulillah.. Allah memberikan saya kesempatan untuk berusaha mewujudkan mimpi saya), TK Al-quran (Jl.Sumbawa no.3 Metro, hmm.. itu alamatnya bukan? Sekolah kedua saya sampai kelas 6 SD. Tempat saya belajar bahwa hidup tak hanya dipenuhi dengan ilmu untuk mengenal dunia. Ibu Hanna Khairul Ummah.. kangen, bu. Sudah sering sekali saya mimpi ibu. Ibu apa kabar?).

Dan untuk seluruh guru saya di sekolah kehidupan..terima kasih mengajari saya tentang hidup..


Rabb, lindungilah mereka selalu.. dan berkahilah ilmu kami..

No comments: